Jumat, 31 Oktober 2014

#Pinternet: Internet addiction

Internet Addiction



Weiss (dalam Weiten & Llyod, 2006) mengungkapkan bahwa loneliness tidak hanya disebabkan karena kesendirian yang dialami individu, tetapi karena tidak adanya hubungan tertentu yang diharapkan individu tersebut. Loneliness selalu muncul sebagai respon terhadap ketidakhadiran beberapa atau tipe - tipe hubungan khusus, atau lebih tepatnya sebuah respon terhadap ketidakadaan suatu hubungan yang diharapkan. dan teori dari Shaver & Rubeinsten (dalam Brehm, 2002) mengungkapkan bahwa individu yang mengalami loneliness menunjukkan beberapa reaksi untuk menghadapi loneliness yang dialaminya, diantaranya melakukan kegiatan aktif (seperti belajar, bekerja, melakukan hobi, membaca, menggunakan internet), membuat kontak sosial (seperti menelepon, chatting atau mengunjungi seseorang), melakukan kegiatan pasif (seperti menangis, tidur, tidak melakukan apapun), dan melakukan kegiatan selingan yang kurang membangun (seperti menghabiskan uang dan berbelanja). Beberapa aktivitas yang dilakukan individu yang mengalami loneliness tidak dapat menghasilkan kepuasan yang lebih tinggi dalam kehidupan sosialnya, bahkan kemungkinan justru dapat menyebabkan individu tersebut semakin sulit dalam membangun hubungan sosial yang lebih baik. Individu yang mengalami loneliness membutuhkan strategi coping yang lebih aktif dan positif terhadap loneliness yang dialaminya (Rook, dalam Brehm, 2002). saya setuju sekali dengan 2 teori diatas karena loneliness tidak selalu disebabkan oleh kesendirian yang dialami oleh individu bisa jadi disebabkan oleh tidak adanya hubungan khusus yang diharapkan oleh individu tersebut. Setelah individu merasakan loneliness pasti individu itu melakukan hal - hal yang disebutkan pada teori diatas, tapi pada saat seorang loneliness lebih banyak melakukan kegiatan yang berhubungan dengan internet. Saya mengambil contoh pada 2 teori ini adalah apabila seorang ingin mempunyai hubungan khusus seperti pacaran tetapi kenyataannya individu tersebut tidak mendapatkan respon untuk mendapatkan hubungan khusus itu sehingga membuat individu tersebut merasa sendiri lalu individu tersebut melampiaskannya dengan bermain internet untuk mengusir kejenuhan atau menghibur kesendiriannya.
Young (1998) diungkapkan sebagai sebuah sindrom yang ditandai dengan menghabiskan sejumlah waktu yang yang sangat banyak dalam menggunakan internet dan tidak mampu mengontrol penggunaannya saat online. orang - orang yang menunjukkan sindrom ini akan merasa cemas, depresi atau hampa saat tidak online internet (Kandell dalam Weiten & Llyod, 2006). penggunaan internetnya sangat berlebihan, sehingga pada akhirnya mengganggu fungsinya dalam pekerjaan, disekolah, atau dirumah, serta menyebabkan korbannya mulai menyembunyikan tingkat ketergantungannya terhadap internet tersebut (Young, 1996).
Goldberg (1997) menyebut kecanduan internet dengan internet addiction disorder yaitu pola penggunaan internet yang maladaptif, yang menghasilkan pengerusakan atau distress secara klinis yang terwujudkan dalam tiga atau lebih kriteria internet addiction disorder, yang terjadi kapanpun selama 12 bulan yang sama. Kriteria diagnostik kecanduan internet dari Young (1996; 1999) yang terdiri dari merasa keasyikan dengan internet, perlu waktu tambahan dalam mencapai kepuasan sewaktu sewaktu menggunakan internet, tidak mampu mengontrol, mengurangi, atau menghentikan penggunaan internet, merasa gelisah, murung, depresi, atau lekas marah ketika berusaha mengurangi atau menghentikan penggunaan internet, mengakses internet lebih lama dari yang diharapkan, kehilangan orang-orang terdekat, pekerjaan, kesempatan pendidikan, atau karir gara-gara penggunaan internet, membohongi keluarga, terapis, atau orang-orang terdekat untuk menyembunyikan keterlibatan lebih jauh dengan internet, dan menggunakan internet sebagai jalan keluar mengatasi masalah atau menghilangkan perasaan seperti keadaan tidak berdaya, rasa bersalah, kegelisahan, atau depresi.
            Secara umum mahasiswa adalah suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya dalam ikatannya dengan perguruan tinggi (Sarwono, 2002). Di Indonesia, secara umum mahasiswa berusia sekitar umur 18- 21 tahun. Berdasatkan usia tersebut, mahasiswa dapat dikategorikan sebagai remaja akhir.

a. Pengaruh Loneliness Terhadap Internet Addiction Pada Individu Dewasa Awal Pengguna Internet

Individu dalam tahapan dewasa awal dengan tugas perkembangan membentuk hubungan intim dengan orang lain, maka kebutuhan akan intimasi merupakan unsure pokok dalam kepuasan suatu hubungan. Menurut Erikson, keintiman merupakan salah satu krisis dalam hidup, yaitu intimacy versus isolation, yang dikembangkan pada usia dewasa awal. Apabila individu dewasa awal dapat membentuk persahabatan yang sehat dan hubungan dekat yang intim dengan individu lain, maka intimasi akan tercapai, namun jika individu tidak berhasil mengembangkan intimasinya, maka individu tersebut akan mengalami isolasi dan merasakan loneliness.

Loneliness diartikan oleh Peplau & Perlman sebagai perasaan dirugikan dan tidak terpuaskan yang dihasilkan dari kesenjangan antara hubungan social yang diinginkan dan hubungan social yang dimiliki. Tiga elemen dari definisi loneliness yaitu pengalaman subyektif, tidak adanya hubungan tertentu yang diharapkan individu tersebut, dan individu yang mengalami loneliness menunjukkan beberapa reaksi untuk menghadapi loneliness yang dialaminya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi loneliness adalah usia, status perkawinan, gender, status social ekonomi, karakteristik latar belakang lainnya. Saat ini internet dianggap sebagai salah satu cara untuk mengurangi loneliness. internet telah memungkinkan dihubungkannya computer-komputer di belahan dunia tertentu dengan computer-komputer lain di belahan dunia yang lain. Hal ini memungkinkan pula dihubungkannya individu yang satu dengan yang lain dari berbagai belahan dunia. Internet telah memberikan kesempatan yang lebih luas sehingga orang-orang dapat saling berkenalan dan mengembangkan hubungan melalui layanan hubungan secara online, email, chat room, dan news group. Penggunaan internet sebagai salah satu cara untuk mengurangi loneliness. internet addiction oleh Young diungkapkan sebagai sebuah sindrom yang ditandai dengan menghabiskan sejumlah waktu yang sangat banyak dalam menggunakan internet dan tidak mampu mengontrol penggunaannya saat online. Orang-orang yang menunjukkan sindrom ini akan merasa cemas, depresi, atau hampa saat tidak online di internet.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka terdapat hubungan positif antara loneliness dan internet addiction pada penggunaan internet. Peneliti ingin meneliti sejauh mana pengaruh loneliness terhadap internet addiction pada individu dewasa awal pengguna internet.
Variabel bebas yaitu loneliness, dan variabel tergantung internet addiction. Subjek penelitian adalah individu dewasa awal berusia 18 tahun ke atas, mengalami loneliness, memiliki kecenderungan mengalami internet addiction, dan telah menggunakan internet lebih dari 12 bulan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode pengambilan data dengan skala atau disebut dengan metode skala yang terdiri dari skala loneliness dan skala internet addiction. Metode analisis data menggunakan tekhnik analisis linear dengan persamaan y = a + bX, dan pengolahan data dilakukan dengan menganalisa menggunakan bantuan program SPSS for windows 15.0 version.
Masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi internet addiction pada penggunaan internet, Graham mengungkapkan bahwa internet addiction dipengaruhi oleh faktor genetic, biologis, pengaruh keluarga, pengaruh budaya, dan pengaruh social. 
Terdapat pengaruh positif loneliness terhadap internet addiction pada pengguna internet. Artinya semakin tinggi loneliness yang dirasakan pengguna internet maka semakin tinggi internet addiction yang dirasakan (dan sebaliknya). Sumbangan efektif variabel loneliness terhadap variabel internet addiction adalah 12,8 % artinya loneliness memberikan pengaruh sebesar 12,8 % terhadap internet addiction, sedangkan 87,2 % disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. berdasarkan data hipotetik, skor total variabel loneliness dibagi atas tiga kategori yaitu : tinggi, sedang, dan rendah. Secara umum, loneliness yang dialami oleh subjek penelitian tergolong sedang. Tidak ada perbedaan loneliness pada pengguna internet ditinjau dari usia. Namun dengan membandingkan mean data dari subjek penelitian ini diperoleh bahwa mean loneliness tertinggi dialami oleh subjek yang berada pada rentang usia 34-38 tahun dan paling rendah pada rentang usia 29-33 tahun.
Tuapattinaja, Josseta.M.R., Rahayu, Nina.(2009). Pengaruh loneliness terhadap internet addiction.Pengaruh loneliness terhadap internet  pada individu dewasa awal pengguna internet.4(2).49-54.
b. Kesepian dan Kecenderungan Internet Addiction Disorder terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Gunadarma


Abstrak:
Setiap individu adalah berbeda dan tidak semuanya dapat menjalin hubungan social dengan baik tanpa rintangan yang berarti. Kegagalan atau hambatan dalam interaksi social yang memuaskan dapat mengakibatkan seseorang merasa terisolasi dan kesepian serta dapat menimbulkan akibat-akibat yang tidak baik. Kesepian merupakan kondisi yang tidak menyenangkan.
Adanya perkembangan yang pesat dalam ilmu pengetahuan dan tekhnologi, yaitu adanya internet, seseorang yang kesepian akan menghabiskan waktunya untuk menjelajahi internet (surfing,browsing,dll). Mereka menghabiskan perasaan kesepiannya tersebut dengan cara memasuki dunia on-line atau menjelajahi cyberspace selama beeberapa jam.
Beranjak dari penjabaran mulai dari awal sampai tersebut diatas dan sehubungan dengan semakin banyaknya penguna dan penyedia jasa internet maka timbul minat dari peneliti untuk meneliti : Apakah ada peranan kesepian dan kecenderungan internet addiction disorder terhadap prestasi belajar mahasiswa? Apakah ada hubungan antara kesepian dengan prestasi belajar mahasiswa? Apakah ada hubungan antara kecenderungan internet addiction disorder dengan prestasi belajar mahasiswa? Dan Apakah ada hubungan antara kesepian dengan kecenderungan internet addiction disorder dengan prestasi belajar mahasiswa?
Tujuan Penelitian :
Penelitian ini bertujuan untuk menguji : Peranan kesepian dan kecenderungan internet addiction disorder terhadap prestasi belajar mahasiswa, hubungan antara kesepian dengan prestasi belajar mahasiswa, hubungan antara kecenderungan internet addiction disorder dengan prestasi belajar mahasiswa, hubungan antara kesepian dengan kecenderungan internet addiction disorder dengan prestasi belajar mahasiswa.
Metodologi :
- Variabel Bebas          : “Kesepian dan Kecenderungan Internet Addiction
Disorder”
- Variabel Terikat        : “Prestasi Belajar”
Subjek
Subjek dalam  penelitian ini adalah mahasiswa pria dan wanita dari Universitas Gunadarma yang merupakan Universitas yang berbasis komputer, mahasiswa yang mengerti dan telah menggunakan internet, sehingga pemilihan sample menggunakan tekhnik purposive sampling dan data ini juga menggunakan kiusioner.
Tempat
Kampus Universitas Gunadarma.
Tahapan Penelitian
Menggunakan dua instrument penelitian yaitu skala kesepian memiliki 49 item valid, dengan koefisien validitas berkisar 0,6261-0,9709 dan koefisien reliabilitas 0,9827. Skala kecenderungan internet addiction disorder memiliki 42 item valid, dengan koefisien validitas berkisar 0,3039-0,6414 dan koefisien reliabilitas 0,9323. Selain itu digunakan pula kuisioner yang berisi 9 item untuk mengungkapkan pola penggunaan internet.
Model Penelitian
Menggunakan matematis yaitu dengan tekhnik statistik regresi dan teknik statistik korelasi
Hasil dan Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada peranan kesepian dan kecenderungan internet addiction disorder yang signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa, tidak ada hubungan yang signifikan antara kesepian dengan prestasi belajar mahasiswa, tidak ada hubungan yang signifikan antara kecenderungan internet addiction disorder dengan prestasi belajar mahasiswa, tidak ada hubungan yang signifikan antara kesepian dengan kecenderungan internet addiction disorder pada mahasiswa. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki tingkat kesepian dan kecenderungan internet addiction disorder yang rendah.
Ada beberapa kemungkinan yang melatarbelakangi ditolaknya hipotesis, yakni adanya variable-variabel lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa, yaitu faktor internal dan faktor eksternal mahasiswa. Dan mahasiswa menggunakan internet bukan hanya karena kesepian atau kecenderungan internet addiction disorder, melainkan untuk mencari tugas, mencari lowongan pekerjaan, dan memanfaatkan fasilitas internet lainnya.
Saran dan Usulan lanjutan
Kesepian dan Kecenderungan Internet Addiction Disorder merupakan suatu penyakit yang jangan sampai kita memilikinya apalagi bisa mempengaruhi prestasi belajar kita. Sebenarnya internet terdapat banyak hal yang positifnya, misalkan mencari pekerjaan, mencari informasi, mengetahui berita atau info yang lagi update dll. Sehingga saat kita merasa kesepian jangan menggunakan internet terlalu berlebihan ataupun disalahgunakan pemakaiannya.
Usulan lanjutan : Sebaiknya jangan menggunakan internet yang terlalu berlebihan dan gunakanlah internet seperlunya saja dan jangan sampai disalahgunakan, supaya prestasi belajar kita tidak merosot tajam.
Mukodim, Didin., Ritandiyono., Ratnasita, Harumi.(2004). Kesepian dan  kecenderungan internet addiction disorder terhadap prestasi belajar mahasiswa gunadarma. Kesepian dan Kecenderungan Internet Addiction Disorder terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa.

c. Differential Psychological Impact of Internet Exposure on Internet Addicts 

 

 
Abstrak:
Penelitian yang meneliti tentang dampak yang terlihat secara segera dari internet yang berkaitan dengan mood dan tingkatan psikologis dari internet addict dan pengguna internet yang rendah tingkatanya.Internet addict berhubungan dengan depresi yang lama, impulsive nonconformity, dan sikap autism.Penggunaan internet yang tinggi menggambarkan adanya penurunan dalam mood diikuti dengan pengguna internet dibandingkan pengguna internet yang rendah.Dampak yang akan segera dilihat dari penggunaan internet pada internet addict mungkin berkontibusi dalam menaikkan pemakaian dalam pemaikan dengan orang-orang yang berusaha mengurangi mood mereka yang rendah dengan menghubungkan internet secara cepat.
Metode: Pernyataan Etik
Persetujuan etik pada penelitian ini diperoleh Depertamen KomitePsychological etik, Swansea etik. Partisipan menyediakan informasi yang di tuliskan yang mengarah pada penelitian ini, dan Komite etik menyetujui prosedurnya.
Partisipan:
60 orang yang bersedia menjadi partisipan dalam pembelajaran psikologi di sekitar kampus.
Materials:
Ø  Internet Addiction Test (IAT)
Ø  Positive and negative affect schedule (PANAS)
Ø  Speilberger Trait-State Anxiety Inventory
Ø  Beck’s Depression Inventory (BDI)
Ø  Oxford Liverpool Inventory of Feelings and Experiences-Brief Version (O-Life (B))
Ø  Autistic Spectrum Question Questionnaire (AQ)
Prosedur:
Partisipan berada pada ruangan yang tenang, duduk, lalu diminta untuk mengisi baterai psikologi test. Setelah mengisi test-test nya psikologi, partisipan di perbolehkan mengakses internet melalui computer selama 15 menit.Halaman website sengaja tidak terekam dalam computer, hal ini sudah dikatakan secara explicit kepada partisipan.Prosedur ini di adopsi untuk menyemangati mereka mengunjungi site manapun yang mereka inginkan, terlepas dari situs yang berubungan sepantasnya. Setelah 15 menit mereka diminta untuk mengisi PANAS dan STAI kuessioner.
Hasilnya:





Korelasi Spearman mengungkapkan  korelasi yang kuat antara internet addict (BDI) dan depresi, schizotypal impulsive nonconformity (OLIFE IN), dan juga sikap Autism (AQ). Dan ada juga hubungan yang melemahkan antara internet addict dan kecemasan yang lama (STAI-T) dan mood negative (PANAS).
Sample terbagi dalam  rata-rata nilai IAT untuk menghasilkan kelompok problematic pengguna internet yang low dan high. Rata-rata untuk IAT adalah 41.Menghasilkan kelompok lower problematic (n = 28, mean = 29.5+7.9; 13 laki-laki, 15 perempuan), dan kelompok high problematik(n = 32, mean 50.3+7.2; 18laki-laki, 18 perempuan).Ada kecemasan setelah pemaparan internet dari kelompok lower problematic dibandingkan kelompok high problematic, Mann Whitney U=318,5, p<05 001.="" 001="" 05="" 20="" ada="" berubah="" dampak="" dari="" dasar="" dibandingkan="" high="" internet="" kecemasan="" kedua="" kelompok.="" kelompok="" kuat="" lower="" memperlihatkan="" menggunakan="" menunjukan="" mood="" negative="" p="" pemaparan="" perilaku="" positive="" problematic.="" problematic="" problematicmenunjukan="" ps="" relative="" sebelum="" semua="" signifikan="" tetap="" tetapi="" tidak="" turunnya="" u="234," untuk="" wilxocon="" yang="" z="3,31,"> 10.
Diskusi:
Penelitian yang baru ini betujuan untuk meneliti perbedaan yang berpotensial dari dampak internet yang dipaparkan dari “internet addict” di bandingkan dengan penggunaan kelompok problamtic. Hasilnya menunjukan dampak negative yang mengejutkan dari mood positive dari internet addict.Dampaknya sudah terdapat pada model teorikal internet addict dan pencarian sejenis juga sudah mencatat persyaratan efek negative dalam penjelasan intterent addict pornografi dalam sex internet, yang memungkinkan adanya kesamaan pada addiction ini. Penting juga untuk menyarankan dampak mood yang negative dipertimbangkan sebagai efek penarikan awal, disarankan untuk kebutuhan klasifikasi addiction.Pemakaian internet yang berlebihan bisa terlepas dari pertahanan dan pengisian diri, berhubungan dengan prilaku mood yang rendah. Kurangnya dampak dari kecemasan terlihat dalam masalah penggunaan internet dalam penjelasan internet juga mengobervasi masalah antara internet addict dan bentuk lain dari masalah perilaku. Hubungan antara internet addict, depresi, dan schizotypal impulsive nonconformity sudah diketahui. Bagaimanapun internet addict berhubungan kuat dengan sikap autism dan tidak dipungkiri mungkin sama dengan hubungan sebelumnya antara isolasi social dan internet addiction.
Harusnya ada beberapa keterbatasan yang disebutkan dalam penelitian ini. Dalam experiment ini partisipan hanya diberikan waktu 15 menit untuk menjelajah internet, dan dampak dari mood ini telah dinilai. Walaupun rentang waktu yang diberikan sudah cukup untuk menghasilkan dampak dari mood yang dihitung dengan skala terbaru, tiidak diketahui berapa lama waktu yang diperlukan atau hanya dinamuka sementara dari perubahan mood dan kecemasan selama penjelasan internet diketahui baru-baru saja. Ditambah lagi, konten dari situs yang dikunjungi partisipan tidak termonitor di experiment ini. Tidak jelas apa situs apa yang partisipan kunjungi, tentu saja ini tidak bisa disimpulkan situs ini merupakan situs yang biasanya mereka gunakan. Jelas,jika situs ini termasuk situs pornografi dan judi maka tidak terlihat situs ini akan dikunjungi pada konteks yang mereka lakukan baru-baru saja. Bagaimanapun, keterbatasan yang ada, tetap tidak diketahui apakah dampak dari mood diperoleh dari konteks ini akan serupa dengan konteks lain yang diobservasi.
Diambil bersamaan dari penelitian sebelumnya, hasil ini membantu kita membentuk gambaran distal dan proximal penyebab dari penggunaan internet yang berlebihan. Mereka dengan depresi dan kecemasan yang lama berhubungan dengan isolasi social. Bagaimanapun individu yang mempunyai pengalaman dampak negative dalam mood yang positive dalam penjelasan internet mungkin nantinya dipicu untuk keluar dari penggunaan internet yang berlebihan menyarankan mekanisme yang mungkin mempertahankan penggunaan internet addict.
Romano M, Osborne LA, Truzoli R, Reed P (2013) Differential Psychological Impact of Internet Exposure on Internet Addicts. PLoS ONE 8(2): e55162. doi:10.1371/journal.pone.0055162

Tidak ada komentar:

Posting Komentar