Jumat, 31 Oktober 2014

#Pinternet: Psikoterpi via Internet

Web counseling
Penelitian terbesar terkait dengan implikasi teknologi dalam konseling pernah dilakukan pada tahun 1990-an. Hasil-hasil penelitian tersebut adapat dikategorikan mnejadi 3 wilayah utama, yaitu penyimpanan rekaman konseling, analisis data, cybercounseling atau konseling melalui internet, dan cyberlearning (Yusop, et.al: 2006)
Koutsonika (2009) menyebutkan bahwa konseling online pertama kali muncul pada dekade 1960 dan 1970 dengan perangkat lunak program Eliza dan Parry, pada perkembangan awal konseling online dilakukan berbasis teks, dan sekarang sekitar sepertiga dari situs menawarkan konseling hanya melalui e-mail (Shaw & Shaw dalam Koutsonika, 2009). Karena kemajuan teknologi metode lain juga digunakan seperti livechat, konseling telepon dan konseling video.
Istilah konseling online merupakan dua kata yaitu kata ”konseling” berasal dari kata ”Counseling” (Inggris) dan kata ”online”. Kata konseling mengacu kepada individual konseling (konseling perorangan) yaitu proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien”. (Prayitno dan Erman Amti, 2004).
Jadi, konseling online adalah usaha membantu (therapeutic) terhadap klien/konseli dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi, komputer dan internet.
Proses Web Counseling
1. Tahap I (Persiapan)
Tahap persiapan mencakup aspek teknis penggunaan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software), yang mendukung penyelenggaraan konseling online. Seperti perangkat komputer/laptop yang dapat terkoneksi dengan internet/Ethernet, headset, mic, webcam dan sebagainya. Perangkat lunak yaitu program-program yang mendukung dan akan digunakan, account dan alamat email. Selain itu juga kesiapan Konselor dalam hal ketrampilan, kelayakan akademik, penilaian secara etik dan hukum, kesusuaian isu yang akan dibahas, serta tata kelola.
2. Tahap II ( Proses Konseling)
Tahapan konseling online tidak jauh berbeda dengan tahapan proses konseling face-to-face (FtF) tahapan (Prayitno. 2004) yaitu terdiri atas lima tahap yakni tahap, pengantaran, penjajagan, penafsiran, pembinaan dan penilaian namun dalam pelaksanaannya “kontinum fleksibel” dimana saling berhubungan dan bersambung sesuai tahap dan lebih terbuka untuk dimodifikasi, mulai dari tahap awal sampai tahap akhir, juga penggunaan teknik-teknik umum dan khusus tidak secara penuh seperti penyelenggaraan konseling secara langsung. Pada sesi konseling oneline lebih menekankan pada terentasnya masalah klien dibandingkan dengan cara bentuk pendekatan, teknik dan atau terapi yang digunakan. Pada tahapan ini pemilihan teknik, pendekatan dan ataupun terapi akan disesuaikan dengan masalah yang dihadapi oleh klien.
3. Tahap III ( Pasca Konseling)
Tahap tiga yaitu tahap pasca proses konseling online. Pada tahap ini merupakan lanjutan dari tahapan sebelumnya dimana setelah dilakukan penilaian maka yang pertama (1) konseling akan sukses dengan ditandai dengan kondisi klien yang KES (effective daily living- EDL) (2) Konseling akan dilanjutkan ada sesi tatap muka (Face to Face- FtF) (3) Konseling akan dilanjutkan pada sesi konseling online berikutnya dan (4) klien akan direferal pada Konselor lain atau ahli lain.
Adanya kendala yang muncul berkaitan dengan penggunaan web counseling, seperti :
Berkomunikasi melalui online tidaklah sama dengan berkomunikasi langsung (tatap muka). Dengan web counseling, adanya kesulitan mengenai ketidakmampuan untuk mengamati dan membaca bahasa tubuh si klien. Namun hal ini, sudah dapat diatasi dengan cara baik konselor ataupun klien harus mampu mengekspresikan diri mereka secara tulisan sebaik mereka menggunakan bahasa untuk bercakap sehari-hari. Menurut Barak dan Weibhaupt, yang menyatakan bahwa kehangatan dan simpati dapat bisa ditunjukkan melalui internet, dan seiring berjalannya waktu kepercayaan dan penerimaan akan dapat dikembangkan. Di Queensland, beberapa waktu lalu memperkenalikan web counseling bernama KHL (Kids Help Line). King (3006), melakukan survey terhadap anak muda dan pengalaman mereka dengan terapi email dan konseling online. Hasilnya menunjukkan bahwa anak muda juga menggunakan bahasa khusus untuk komunikasi online. 
Beberapa negara yang menggunakan web counseling :
Australia
Beberapa agensi pemerintahan di Australia sudah mulai mengoperasikan konseling online. Seperti konseling online untuk narkoba dan alcohol dapat diperoleh melalui layanan yang disebut “Turning Point” (https://www.counsellingonline.org.au). Layanan ini disediakan gratis kepada klien. KHL yang berlokasi di Queensland menyediakan konseling online secara synchronous (chat) dan asynchronous (email) untuk kaum muda yang dengan usia sampai 18 tahun.
Singapore
Sebuah layanan yang sangat sukses bernama “Metoyou” menyediakan konseling online untuk mendukung anak muda di sekolah. Layanan ini diperkenalkan pada tahun 2000, dan dioperasikan dengan mengenakan biaya kepada sekolah untuk keanggotaan. Siswa-siswi di sekolah mendapatkan password dan dapat mengakses layanan ini mulai pukul 2.30pm – 5.30pm dari hari senin hingga jumat. Jika ada siswa yang mempunyai masalah yang penting, mereka dapat mengirim email pada layanan ini diluar waktu yang telah ditentukan dan seseorang akan memberikan respon.
Ketika pengguna sudah login, mereka akan diminta memasukkan nama depan, username, dan password sekolah.kemudian mereka akan masuk pada “waiting room”, disini mereka dapat memilih dengan konselor mana yang mereka ingin untuk berkonsultasi.
Di Indonesia sendiri tidak ada informasi pasti tentang kapan awalnya muncul istilah e-konseling, meskipun sebelumnya istilah ini ada yang menyebutnya dengan istilah cyber konseling, virtual konseling dan sebagainya. Namun secara khusus Ifdil (2009) memperkenalkan istilah Pelayanan E-Konseling di Indonesia. Istilah ini merangkaikan kata pelayanan dan kata e-konseling. Pelayanan e-konseling tidak hanya terbatas pada penyelenggaraan konseling (istilah yang paling populer untuk mengebut konseling individual) saja, namun diperluas menjadi penyenggaraan BK secara keseluruhan dengan bantuan teknologi. Tidak hanya online konseling melalui internet namun juga semua aspek pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi lainnya dalam penyenggaraan BK. Seperti penggunaan dan pemanfaatan program pengolahan instrumentasi, himpunan data siswa, aplikasi manajemen konseling, pemanfaatan media saat pemberian layanan klasikal di kelas dan sebagainya termasuk juga pemanfaatan telepon untuk penyelenggaraan konseling.
Ifdil (2009) Sejak lahirnya istilah Pelayanan e-konseling dan sebelumnya telah banyak dikembangkan berbagai aplikasi penunjang penyelenggaraan BK di Indonesia seperti Program Aplikasi untuk pengolahan Alat Ungkap Masalah (AUM), Program Analisis Tugas Perkembangan (ATP), Program Daftar Cek Masalah (DCM), Program Aplikasi IKMS, Program Database Siswa, Program E-sosiometri, Sistem Informasi Managemen Bimbingan dan Konseling (SIMBK) dan sebagainya termasuk lahirnya berbagai situs-situs penyedia layanan konseling online.
Situs-situs Konseling Online secara khusus memanfaatkan berbagai media online lainnya yang bisa digunakan untuk penyelenggaraan konseling online seperti jejaring sosial misalnya facebook, twitter, myspace; email; dan beberapa program aplikasi untuk chatting (instant messaging) seperti skype, messenger, google talk, window livemessenger; bahkan penggunaan telepon dan handphone serta media khusus teleconference lainnya.
Pelayanan ini dilakukan konselor dalam upaya membantu mengentaskan dan menangani permasalahan klien. Gibson (2008) menyebutkan pelayanan ini dilakukan oleh konselor untuk memberikan kenyamanan bantuan yang dibutuhkan konseli ketika menghadapi suatu masalah dan tidak mungkin dilakukan secara face to face(Gibson: 2008).
Beberapa tahun kedepan kebutuhan akan pelayanan konseling secara online akan meningkat (Mallen: 2005). Konseling online akan menjadi alternatif dalam penyelenggaraan konseling. Kondisi tersebut mau tidak mau, mengharuskan para guru bk/konselor untuk menguasai keterampilan pelayanan e-konseling secara umum dan konseling online secara khusus.
Sumber :
http://www.cphjournal.com/archive_journals/V3_I1_Moulding_25-32_2007.pdf
https://www.academia.edu/1160145/Pengembangan_Media_Layanan_Konseling_Melalui_Internet_di_Perguruan_Tinggi
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=66312&val=4796

#Pinternet: Internet addiction

Internet Addiction



Weiss (dalam Weiten & Llyod, 2006) mengungkapkan bahwa loneliness tidak hanya disebabkan karena kesendirian yang dialami individu, tetapi karena tidak adanya hubungan tertentu yang diharapkan individu tersebut. Loneliness selalu muncul sebagai respon terhadap ketidakhadiran beberapa atau tipe - tipe hubungan khusus, atau lebih tepatnya sebuah respon terhadap ketidakadaan suatu hubungan yang diharapkan. dan teori dari Shaver & Rubeinsten (dalam Brehm, 2002) mengungkapkan bahwa individu yang mengalami loneliness menunjukkan beberapa reaksi untuk menghadapi loneliness yang dialaminya, diantaranya melakukan kegiatan aktif (seperti belajar, bekerja, melakukan hobi, membaca, menggunakan internet), membuat kontak sosial (seperti menelepon, chatting atau mengunjungi seseorang), melakukan kegiatan pasif (seperti menangis, tidur, tidak melakukan apapun), dan melakukan kegiatan selingan yang kurang membangun (seperti menghabiskan uang dan berbelanja). Beberapa aktivitas yang dilakukan individu yang mengalami loneliness tidak dapat menghasilkan kepuasan yang lebih tinggi dalam kehidupan sosialnya, bahkan kemungkinan justru dapat menyebabkan individu tersebut semakin sulit dalam membangun hubungan sosial yang lebih baik. Individu yang mengalami loneliness membutuhkan strategi coping yang lebih aktif dan positif terhadap loneliness yang dialaminya (Rook, dalam Brehm, 2002). saya setuju sekali dengan 2 teori diatas karena loneliness tidak selalu disebabkan oleh kesendirian yang dialami oleh individu bisa jadi disebabkan oleh tidak adanya hubungan khusus yang diharapkan oleh individu tersebut. Setelah individu merasakan loneliness pasti individu itu melakukan hal - hal yang disebutkan pada teori diatas, tapi pada saat seorang loneliness lebih banyak melakukan kegiatan yang berhubungan dengan internet. Saya mengambil contoh pada 2 teori ini adalah apabila seorang ingin mempunyai hubungan khusus seperti pacaran tetapi kenyataannya individu tersebut tidak mendapatkan respon untuk mendapatkan hubungan khusus itu sehingga membuat individu tersebut merasa sendiri lalu individu tersebut melampiaskannya dengan bermain internet untuk mengusir kejenuhan atau menghibur kesendiriannya.
Young (1998) diungkapkan sebagai sebuah sindrom yang ditandai dengan menghabiskan sejumlah waktu yang yang sangat banyak dalam menggunakan internet dan tidak mampu mengontrol penggunaannya saat online. orang - orang yang menunjukkan sindrom ini akan merasa cemas, depresi atau hampa saat tidak online internet (Kandell dalam Weiten & Llyod, 2006). penggunaan internetnya sangat berlebihan, sehingga pada akhirnya mengganggu fungsinya dalam pekerjaan, disekolah, atau dirumah, serta menyebabkan korbannya mulai menyembunyikan tingkat ketergantungannya terhadap internet tersebut (Young, 1996).
Goldberg (1997) menyebut kecanduan internet dengan internet addiction disorder yaitu pola penggunaan internet yang maladaptif, yang menghasilkan pengerusakan atau distress secara klinis yang terwujudkan dalam tiga atau lebih kriteria internet addiction disorder, yang terjadi kapanpun selama 12 bulan yang sama. Kriteria diagnostik kecanduan internet dari Young (1996; 1999) yang terdiri dari merasa keasyikan dengan internet, perlu waktu tambahan dalam mencapai kepuasan sewaktu sewaktu menggunakan internet, tidak mampu mengontrol, mengurangi, atau menghentikan penggunaan internet, merasa gelisah, murung, depresi, atau lekas marah ketika berusaha mengurangi atau menghentikan penggunaan internet, mengakses internet lebih lama dari yang diharapkan, kehilangan orang-orang terdekat, pekerjaan, kesempatan pendidikan, atau karir gara-gara penggunaan internet, membohongi keluarga, terapis, atau orang-orang terdekat untuk menyembunyikan keterlibatan lebih jauh dengan internet, dan menggunakan internet sebagai jalan keluar mengatasi masalah atau menghilangkan perasaan seperti keadaan tidak berdaya, rasa bersalah, kegelisahan, atau depresi.
            Secara umum mahasiswa adalah suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya dalam ikatannya dengan perguruan tinggi (Sarwono, 2002). Di Indonesia, secara umum mahasiswa berusia sekitar umur 18- 21 tahun. Berdasatkan usia tersebut, mahasiswa dapat dikategorikan sebagai remaja akhir.

a. Pengaruh Loneliness Terhadap Internet Addiction Pada Individu Dewasa Awal Pengguna Internet

Individu dalam tahapan dewasa awal dengan tugas perkembangan membentuk hubungan intim dengan orang lain, maka kebutuhan akan intimasi merupakan unsure pokok dalam kepuasan suatu hubungan. Menurut Erikson, keintiman merupakan salah satu krisis dalam hidup, yaitu intimacy versus isolation, yang dikembangkan pada usia dewasa awal. Apabila individu dewasa awal dapat membentuk persahabatan yang sehat dan hubungan dekat yang intim dengan individu lain, maka intimasi akan tercapai, namun jika individu tidak berhasil mengembangkan intimasinya, maka individu tersebut akan mengalami isolasi dan merasakan loneliness.

Loneliness diartikan oleh Peplau & Perlman sebagai perasaan dirugikan dan tidak terpuaskan yang dihasilkan dari kesenjangan antara hubungan social yang diinginkan dan hubungan social yang dimiliki. Tiga elemen dari definisi loneliness yaitu pengalaman subyektif, tidak adanya hubungan tertentu yang diharapkan individu tersebut, dan individu yang mengalami loneliness menunjukkan beberapa reaksi untuk menghadapi loneliness yang dialaminya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi loneliness adalah usia, status perkawinan, gender, status social ekonomi, karakteristik latar belakang lainnya. Saat ini internet dianggap sebagai salah satu cara untuk mengurangi loneliness. internet telah memungkinkan dihubungkannya computer-komputer di belahan dunia tertentu dengan computer-komputer lain di belahan dunia yang lain. Hal ini memungkinkan pula dihubungkannya individu yang satu dengan yang lain dari berbagai belahan dunia. Internet telah memberikan kesempatan yang lebih luas sehingga orang-orang dapat saling berkenalan dan mengembangkan hubungan melalui layanan hubungan secara online, email, chat room, dan news group. Penggunaan internet sebagai salah satu cara untuk mengurangi loneliness. internet addiction oleh Young diungkapkan sebagai sebuah sindrom yang ditandai dengan menghabiskan sejumlah waktu yang sangat banyak dalam menggunakan internet dan tidak mampu mengontrol penggunaannya saat online. Orang-orang yang menunjukkan sindrom ini akan merasa cemas, depresi, atau hampa saat tidak online di internet.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka terdapat hubungan positif antara loneliness dan internet addiction pada penggunaan internet. Peneliti ingin meneliti sejauh mana pengaruh loneliness terhadap internet addiction pada individu dewasa awal pengguna internet.
Variabel bebas yaitu loneliness, dan variabel tergantung internet addiction. Subjek penelitian adalah individu dewasa awal berusia 18 tahun ke atas, mengalami loneliness, memiliki kecenderungan mengalami internet addiction, dan telah menggunakan internet lebih dari 12 bulan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode pengambilan data dengan skala atau disebut dengan metode skala yang terdiri dari skala loneliness dan skala internet addiction. Metode analisis data menggunakan tekhnik analisis linear dengan persamaan y = a + bX, dan pengolahan data dilakukan dengan menganalisa menggunakan bantuan program SPSS for windows 15.0 version.
Masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi internet addiction pada penggunaan internet, Graham mengungkapkan bahwa internet addiction dipengaruhi oleh faktor genetic, biologis, pengaruh keluarga, pengaruh budaya, dan pengaruh social. 
Terdapat pengaruh positif loneliness terhadap internet addiction pada pengguna internet. Artinya semakin tinggi loneliness yang dirasakan pengguna internet maka semakin tinggi internet addiction yang dirasakan (dan sebaliknya). Sumbangan efektif variabel loneliness terhadap variabel internet addiction adalah 12,8 % artinya loneliness memberikan pengaruh sebesar 12,8 % terhadap internet addiction, sedangkan 87,2 % disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. berdasarkan data hipotetik, skor total variabel loneliness dibagi atas tiga kategori yaitu : tinggi, sedang, dan rendah. Secara umum, loneliness yang dialami oleh subjek penelitian tergolong sedang. Tidak ada perbedaan loneliness pada pengguna internet ditinjau dari usia. Namun dengan membandingkan mean data dari subjek penelitian ini diperoleh bahwa mean loneliness tertinggi dialami oleh subjek yang berada pada rentang usia 34-38 tahun dan paling rendah pada rentang usia 29-33 tahun.
Tuapattinaja, Josseta.M.R., Rahayu, Nina.(2009). Pengaruh loneliness terhadap internet addiction.Pengaruh loneliness terhadap internet  pada individu dewasa awal pengguna internet.4(2).49-54.
b. Kesepian dan Kecenderungan Internet Addiction Disorder terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Gunadarma


Abstrak:
Setiap individu adalah berbeda dan tidak semuanya dapat menjalin hubungan social dengan baik tanpa rintangan yang berarti. Kegagalan atau hambatan dalam interaksi social yang memuaskan dapat mengakibatkan seseorang merasa terisolasi dan kesepian serta dapat menimbulkan akibat-akibat yang tidak baik. Kesepian merupakan kondisi yang tidak menyenangkan.
Adanya perkembangan yang pesat dalam ilmu pengetahuan dan tekhnologi, yaitu adanya internet, seseorang yang kesepian akan menghabiskan waktunya untuk menjelajahi internet (surfing,browsing,dll). Mereka menghabiskan perasaan kesepiannya tersebut dengan cara memasuki dunia on-line atau menjelajahi cyberspace selama beeberapa jam.
Beranjak dari penjabaran mulai dari awal sampai tersebut diatas dan sehubungan dengan semakin banyaknya penguna dan penyedia jasa internet maka timbul minat dari peneliti untuk meneliti : Apakah ada peranan kesepian dan kecenderungan internet addiction disorder terhadap prestasi belajar mahasiswa? Apakah ada hubungan antara kesepian dengan prestasi belajar mahasiswa? Apakah ada hubungan antara kecenderungan internet addiction disorder dengan prestasi belajar mahasiswa? Dan Apakah ada hubungan antara kesepian dengan kecenderungan internet addiction disorder dengan prestasi belajar mahasiswa?
Tujuan Penelitian :
Penelitian ini bertujuan untuk menguji : Peranan kesepian dan kecenderungan internet addiction disorder terhadap prestasi belajar mahasiswa, hubungan antara kesepian dengan prestasi belajar mahasiswa, hubungan antara kecenderungan internet addiction disorder dengan prestasi belajar mahasiswa, hubungan antara kesepian dengan kecenderungan internet addiction disorder dengan prestasi belajar mahasiswa.
Metodologi :
- Variabel Bebas          : “Kesepian dan Kecenderungan Internet Addiction
Disorder”
- Variabel Terikat        : “Prestasi Belajar”
Subjek
Subjek dalam  penelitian ini adalah mahasiswa pria dan wanita dari Universitas Gunadarma yang merupakan Universitas yang berbasis komputer, mahasiswa yang mengerti dan telah menggunakan internet, sehingga pemilihan sample menggunakan tekhnik purposive sampling dan data ini juga menggunakan kiusioner.
Tempat
Kampus Universitas Gunadarma.
Tahapan Penelitian
Menggunakan dua instrument penelitian yaitu skala kesepian memiliki 49 item valid, dengan koefisien validitas berkisar 0,6261-0,9709 dan koefisien reliabilitas 0,9827. Skala kecenderungan internet addiction disorder memiliki 42 item valid, dengan koefisien validitas berkisar 0,3039-0,6414 dan koefisien reliabilitas 0,9323. Selain itu digunakan pula kuisioner yang berisi 9 item untuk mengungkapkan pola penggunaan internet.
Model Penelitian
Menggunakan matematis yaitu dengan tekhnik statistik regresi dan teknik statistik korelasi
Hasil dan Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada peranan kesepian dan kecenderungan internet addiction disorder yang signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa, tidak ada hubungan yang signifikan antara kesepian dengan prestasi belajar mahasiswa, tidak ada hubungan yang signifikan antara kecenderungan internet addiction disorder dengan prestasi belajar mahasiswa, tidak ada hubungan yang signifikan antara kesepian dengan kecenderungan internet addiction disorder pada mahasiswa. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki tingkat kesepian dan kecenderungan internet addiction disorder yang rendah.
Ada beberapa kemungkinan yang melatarbelakangi ditolaknya hipotesis, yakni adanya variable-variabel lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa, yaitu faktor internal dan faktor eksternal mahasiswa. Dan mahasiswa menggunakan internet bukan hanya karena kesepian atau kecenderungan internet addiction disorder, melainkan untuk mencari tugas, mencari lowongan pekerjaan, dan memanfaatkan fasilitas internet lainnya.
Saran dan Usulan lanjutan
Kesepian dan Kecenderungan Internet Addiction Disorder merupakan suatu penyakit yang jangan sampai kita memilikinya apalagi bisa mempengaruhi prestasi belajar kita. Sebenarnya internet terdapat banyak hal yang positifnya, misalkan mencari pekerjaan, mencari informasi, mengetahui berita atau info yang lagi update dll. Sehingga saat kita merasa kesepian jangan menggunakan internet terlalu berlebihan ataupun disalahgunakan pemakaiannya.
Usulan lanjutan : Sebaiknya jangan menggunakan internet yang terlalu berlebihan dan gunakanlah internet seperlunya saja dan jangan sampai disalahgunakan, supaya prestasi belajar kita tidak merosot tajam.
Mukodim, Didin., Ritandiyono., Ratnasita, Harumi.(2004). Kesepian dan  kecenderungan internet addiction disorder terhadap prestasi belajar mahasiswa gunadarma. Kesepian dan Kecenderungan Internet Addiction Disorder terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa.

c. Differential Psychological Impact of Internet Exposure on Internet Addicts 

 

 
Abstrak:
Penelitian yang meneliti tentang dampak yang terlihat secara segera dari internet yang berkaitan dengan mood dan tingkatan psikologis dari internet addict dan pengguna internet yang rendah tingkatanya.Internet addict berhubungan dengan depresi yang lama, impulsive nonconformity, dan sikap autism.Penggunaan internet yang tinggi menggambarkan adanya penurunan dalam mood diikuti dengan pengguna internet dibandingkan pengguna internet yang rendah.Dampak yang akan segera dilihat dari penggunaan internet pada internet addict mungkin berkontibusi dalam menaikkan pemakaian dalam pemaikan dengan orang-orang yang berusaha mengurangi mood mereka yang rendah dengan menghubungkan internet secara cepat.
Metode: Pernyataan Etik
Persetujuan etik pada penelitian ini diperoleh Depertamen KomitePsychological etik, Swansea etik. Partisipan menyediakan informasi yang di tuliskan yang mengarah pada penelitian ini, dan Komite etik menyetujui prosedurnya.
Partisipan:
60 orang yang bersedia menjadi partisipan dalam pembelajaran psikologi di sekitar kampus.
Materials:
Ø  Internet Addiction Test (IAT)
Ø  Positive and negative affect schedule (PANAS)
Ø  Speilberger Trait-State Anxiety Inventory
Ø  Beck’s Depression Inventory (BDI)
Ø  Oxford Liverpool Inventory of Feelings and Experiences-Brief Version (O-Life (B))
Ø  Autistic Spectrum Question Questionnaire (AQ)
Prosedur:
Partisipan berada pada ruangan yang tenang, duduk, lalu diminta untuk mengisi baterai psikologi test. Setelah mengisi test-test nya psikologi, partisipan di perbolehkan mengakses internet melalui computer selama 15 menit.Halaman website sengaja tidak terekam dalam computer, hal ini sudah dikatakan secara explicit kepada partisipan.Prosedur ini di adopsi untuk menyemangati mereka mengunjungi site manapun yang mereka inginkan, terlepas dari situs yang berubungan sepantasnya. Setelah 15 menit mereka diminta untuk mengisi PANAS dan STAI kuessioner.
Hasilnya:





Korelasi Spearman mengungkapkan  korelasi yang kuat antara internet addict (BDI) dan depresi, schizotypal impulsive nonconformity (OLIFE IN), dan juga sikap Autism (AQ). Dan ada juga hubungan yang melemahkan antara internet addict dan kecemasan yang lama (STAI-T) dan mood negative (PANAS).
Sample terbagi dalam  rata-rata nilai IAT untuk menghasilkan kelompok problematic pengguna internet yang low dan high. Rata-rata untuk IAT adalah 41.Menghasilkan kelompok lower problematic (n = 28, mean = 29.5+7.9; 13 laki-laki, 15 perempuan), dan kelompok high problematik(n = 32, mean 50.3+7.2; 18laki-laki, 18 perempuan).Ada kecemasan setelah pemaparan internet dari kelompok lower problematic dibandingkan kelompok high problematic, Mann Whitney U=318,5, p<05 001.="" 001="" 05="" 20="" ada="" berubah="" dampak="" dari="" dasar="" dibandingkan="" high="" internet="" kecemasan="" kedua="" kelompok.="" kelompok="" kuat="" lower="" memperlihatkan="" menggunakan="" menunjukan="" mood="" negative="" p="" pemaparan="" perilaku="" positive="" problematic.="" problematic="" problematicmenunjukan="" ps="" relative="" sebelum="" semua="" signifikan="" tetap="" tetapi="" tidak="" turunnya="" u="234," untuk="" wilxocon="" yang="" z="3,31,"> 10.
Diskusi:
Penelitian yang baru ini betujuan untuk meneliti perbedaan yang berpotensial dari dampak internet yang dipaparkan dari “internet addict” di bandingkan dengan penggunaan kelompok problamtic. Hasilnya menunjukan dampak negative yang mengejutkan dari mood positive dari internet addict.Dampaknya sudah terdapat pada model teorikal internet addict dan pencarian sejenis juga sudah mencatat persyaratan efek negative dalam penjelasan intterent addict pornografi dalam sex internet, yang memungkinkan adanya kesamaan pada addiction ini. Penting juga untuk menyarankan dampak mood yang negative dipertimbangkan sebagai efek penarikan awal, disarankan untuk kebutuhan klasifikasi addiction.Pemakaian internet yang berlebihan bisa terlepas dari pertahanan dan pengisian diri, berhubungan dengan prilaku mood yang rendah. Kurangnya dampak dari kecemasan terlihat dalam masalah penggunaan internet dalam penjelasan internet juga mengobervasi masalah antara internet addict dan bentuk lain dari masalah perilaku. Hubungan antara internet addict, depresi, dan schizotypal impulsive nonconformity sudah diketahui. Bagaimanapun internet addict berhubungan kuat dengan sikap autism dan tidak dipungkiri mungkin sama dengan hubungan sebelumnya antara isolasi social dan internet addiction.
Harusnya ada beberapa keterbatasan yang disebutkan dalam penelitian ini. Dalam experiment ini partisipan hanya diberikan waktu 15 menit untuk menjelajah internet, dan dampak dari mood ini telah dinilai. Walaupun rentang waktu yang diberikan sudah cukup untuk menghasilkan dampak dari mood yang dihitung dengan skala terbaru, tiidak diketahui berapa lama waktu yang diperlukan atau hanya dinamuka sementara dari perubahan mood dan kecemasan selama penjelasan internet diketahui baru-baru saja. Ditambah lagi, konten dari situs yang dikunjungi partisipan tidak termonitor di experiment ini. Tidak jelas apa situs apa yang partisipan kunjungi, tentu saja ini tidak bisa disimpulkan situs ini merupakan situs yang biasanya mereka gunakan. Jelas,jika situs ini termasuk situs pornografi dan judi maka tidak terlihat situs ini akan dikunjungi pada konteks yang mereka lakukan baru-baru saja. Bagaimanapun, keterbatasan yang ada, tetap tidak diketahui apakah dampak dari mood diperoleh dari konteks ini akan serupa dengan konteks lain yang diobservasi.
Diambil bersamaan dari penelitian sebelumnya, hasil ini membantu kita membentuk gambaran distal dan proximal penyebab dari penggunaan internet yang berlebihan. Mereka dengan depresi dan kecemasan yang lama berhubungan dengan isolasi social. Bagaimanapun individu yang mempunyai pengalaman dampak negative dalam mood yang positive dalam penjelasan internet mungkin nantinya dipicu untuk keluar dari penggunaan internet yang berlebihan menyarankan mekanisme yang mungkin mempertahankan penggunaan internet addict.
Romano M, Osborne LA, Truzoli R, Reed P (2013) Differential Psychological Impact of Internet Exposure on Internet Addicts. PLoS ONE 8(2): e55162. doi:10.1371/journal.pone.0055162

#Pinternet Dampak Positif dan Negatif Internet

Zaman modern seperti sekarang ini internet sudah menjadi kebutuhan pokok. Apalagi di kalangan pendidikan, zaman ini sudah menjadi dunianya teknologi. Apapun bisa dipermudah dengan yang namanya teknologi. Internet sebagai sumber informasi, banyak memberikan kemudahan. Apapun yang kita butuhkan bisa kita dapatkan melalui Internet. Internet merupakan media yang tidak terbatas. Internet tidak memiliki batasan informasi pada penggunanya. Banyak yang sangat mengidolakan Internet, karena Internet sangat membantu karena memberi keefektifan dan juga efisiensi.


Beberapa dampak positif internet bagi remaja di kedua desa, yaitu:
  • Mempercepat dan mempermudah alih ilmu pengetahuan dan teknologi.
  • Membuat proses pembelajaran lebih menarik.
  • Membantu pembelajaran lebih konseptual dan up-to-date (aktual)
  • Sebagai sarana perpustakaan elektronik
  • Menambah wawasan mengenai dunia luar dengan memberikan informasi-informasi terbaru yang dapat meningkatkan pengetahuan.
  • Menambah teman atau relasi melalui situs jejaring sosial seperti Facebook. Melalui Facebook, kita dapat menjalin pertemanan dengan banyak orang yang tidak terbatas oleh geografis.
  • Memudahkan komunikasi dengan orang-orang luar, terutama dengan teman- teman yang sudah lama tidak bertemu.
  • Internet juga melatih untuk menjalin komunikasi dengan warga asing sehingga  dapat mengasah kemampuan dalam berbahasa asing.
  • Internet dijadikan sebagai sarana hiburan. Bagi remaja laki-laki, mereka sering bermain game online untuk menghilangkan kejenuhan setelah beraktivitas, download lagu dan film.
  • Internet dijadikan sebagai media untuk menjalin silaturahmi dengan berbagai teman-teman lama atau sesama anggota dari suatu grup dunia maya.
  • Internet sebagai sarana bisnis untuk menjual suatu produk secara online.
  • Internet dijadikan sebagai sarana untuk mempromosikan band agar dikenal oleh masyarakat dunia maya lainnya.
  •  Internet dapat menjadi sarana perdagangan 
  • Internet sebagai sarana hiburan     

  • Quarterman dan Mitchell (dalam Herring, Susan C. :1996) membagi manfaat internet dalam empat kategori, yaitu:
  • Internet sebagai media komunikasi, merupakan manfaat internet yang paling banyak digunakan dimana setiap pengguna internet dapat berkomunikasi dengan pengguna lainnya dari seluruh dunia.
  • Media pertukaran data, dengan menggunakan email, newsgroup, FTP dan WWW (World Wide Web – jaringan situs-situs web) para pengguna internet di seluruh dunia dapat saling bertukar informasi dengan cepat dan murah.
  • Media untuk mencari informasi atau data, perkembangan internet yang pesat, menjadikan WWW sebagai salah satu sumber informasi yang penting dan akurat.
  • Manfaat komunitas, internet membentuk masyarakat baru yang beranggotakan para pengguna internet dari seluruh dunia. Dalam komunitas ini pengguna internet dapat berkomunikasi, mencari informasi, berbelanja, melakukan transaksi bisnis, dan sebagainya. Karena sifat internet yang mirip dengan dunia kita sehari-hari, maka internet sering disebut sebagai cyberspace atau virtual world (dunia maya).
Akan tetapi, semakin berkembangnya Internet, dampak buruknyapun semakin terlihat saat ini. Apalagi yang berhubungan dengan pendidikan. Sudah banyak aksi- aksi penyimpangan melalui internet. Internet sudah tidak digunakan sebagaimana mestinya. Internet bisa dikatakan seperti pisau bermata dua. Kebaikan dan keburukan yang ada di dalam internet perbedaannya hanya setipis kertas.
  • kita banyak kehilangan waktu yang bermanfaat
  • Kebingungan antara Dunia maya dengan DuniaNyata
  • Mengurangi tingkat privasi individu
  • Meningkatkan kecenderungan potensi criminal, seperti penipuan, plagiarism
  • Pengaruh internet telah menyebabkan sebagian pelajar sering melupakan tugas, bolos sekolah dan waktu beribadah.
  • Internet digunakan sebagai sarana untuk mengakses situs-situs pornografi. Hal ini dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja ketika membuka suatu laman atau situs tertentu.
  • Situs jejaring sosial dapat memicu penggunanya melakukan tindak perselisihan dengan temannya di dunia maya maupun di dunia nyata. Hal ini dipicu oleh berbagai hal, seperti akibat penghinaan yang dilakukan oleh temannya di dunia maya, persoalan cinta, kesalahpahaman, dan lain-lain.
  • Banyak pelajar yang rela mengeluarkan banyak uang untuk bermain internet di warung internet.
  • Merebaknya aksi cybercrime (kejahatan dunia maya), dapat berupa hacking, cracking, dan carding, internet gambling, dan cybersex atau cyberporn.  


Sumber: 

 
http://jurnalilmiahtp.blogspot.com/2013/11/pengaruh-internet-terhadap-aktifitas.html

http://balitbang.kominfo.go.id/balitbang/aptika-ikp/files/2013/02/PENANGGULANGAN-DAMPAK-NEGATIF-AKSES-INTERNET-DI-PONDOK-PESANTREN-MELALUI-PROGRAM-INTERNET-SEHAT.pdf

http://palimpsest.fisip.unair.ac.id/images/pdf/astutik.pdf