Internet Addiction
Weiss (dalam Weiten & Llyod,
2006) mengungkapkan bahwa loneliness tidak hanya disebabkan karena kesendirian
yang dialami individu, tetapi karena tidak adanya hubungan tertentu yang
diharapkan individu tersebut. Loneliness selalu muncul sebagai respon terhadap
ketidakhadiran beberapa atau tipe - tipe hubungan khusus, atau lebih tepatnya
sebuah respon terhadap ketidakadaan suatu hubungan yang diharapkan. dan teori
dari Shaver & Rubeinsten (dalam Brehm, 2002) mengungkapkan bahwa individu
yang mengalami loneliness menunjukkan beberapa reaksi untuk menghadapi
loneliness yang dialaminya, diantaranya melakukan kegiatan aktif (seperti
belajar, bekerja, melakukan hobi, membaca, menggunakan internet), membuat
kontak sosial (seperti menelepon, chatting atau mengunjungi seseorang),
melakukan kegiatan pasif (seperti menangis, tidur, tidak melakukan apapun), dan
melakukan kegiatan selingan yang kurang membangun (seperti menghabiskan uang
dan berbelanja). Beberapa aktivitas yang dilakukan individu yang mengalami
loneliness tidak dapat menghasilkan kepuasan yang lebih tinggi dalam kehidupan
sosialnya, bahkan kemungkinan justru dapat menyebabkan individu tersebut
semakin sulit dalam membangun hubungan sosial yang lebih baik. Individu yang
mengalami loneliness membutuhkan strategi coping yang lebih aktif dan positif
terhadap loneliness yang dialaminya (Rook, dalam Brehm, 2002). saya setuju
sekali dengan 2 teori diatas karena loneliness tidak selalu disebabkan oleh
kesendirian yang dialami oleh individu bisa jadi disebabkan oleh tidak adanya
hubungan khusus yang diharapkan oleh individu tersebut. Setelah individu
merasakan loneliness pasti individu itu melakukan hal - hal yang disebutkan
pada teori diatas, tapi pada saat seorang loneliness lebih banyak melakukan
kegiatan yang berhubungan dengan internet. Saya mengambil contoh pada 2 teori
ini adalah apabila seorang ingin mempunyai hubungan khusus seperti pacaran
tetapi kenyataannya individu tersebut tidak mendapatkan respon untuk
mendapatkan hubungan khusus itu sehingga membuat individu tersebut merasa
sendiri lalu individu tersebut melampiaskannya dengan bermain internet untuk
mengusir kejenuhan atau menghibur kesendiriannya.
Young (1998) diungkapkan sebagai
sebuah sindrom yang ditandai dengan menghabiskan sejumlah waktu yang yang
sangat banyak dalam menggunakan internet dan tidak mampu mengontrol
penggunaannya saat online. orang - orang yang menunjukkan sindrom ini akan
merasa cemas, depresi atau hampa saat tidak online internet (Kandell dalam
Weiten & Llyod, 2006). penggunaan internetnya sangat berlebihan, sehingga
pada akhirnya mengganggu fungsinya dalam pekerjaan, disekolah, atau dirumah,
serta menyebabkan korbannya mulai menyembunyikan tingkat ketergantungannya
terhadap internet tersebut (Young, 1996).
Goldberg (1997) menyebut kecanduan
internet dengan internet addiction disorder yaitu pola penggunaan
internet yang maladaptif, yang menghasilkan pengerusakan atau distress secara
klinis yang terwujudkan dalam tiga atau lebih kriteria internet addiction
disorder, yang terjadi kapanpun selama 12 bulan yang sama. Kriteria
diagnostik kecanduan internet dari Young (1996; 1999) yang terdiri dari merasa
keasyikan dengan internet, perlu waktu tambahan dalam mencapai kepuasan sewaktu
sewaktu menggunakan internet, tidak mampu mengontrol, mengurangi, atau
menghentikan penggunaan internet, merasa gelisah, murung, depresi, atau lekas
marah ketika berusaha mengurangi atau menghentikan penggunaan internet,
mengakses internet lebih lama dari yang diharapkan, kehilangan orang-orang
terdekat, pekerjaan, kesempatan pendidikan, atau karir gara-gara penggunaan
internet, membohongi keluarga, terapis, atau orang-orang terdekat untuk
menyembunyikan keterlibatan lebih jauh dengan internet, dan menggunakan
internet sebagai jalan keluar mengatasi masalah atau menghilangkan perasaan
seperti keadaan tidak berdaya, rasa bersalah, kegelisahan, atau depresi.
Secara umum mahasiswa adalah suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh
statusnya dalam ikatannya dengan perguruan tinggi (Sarwono, 2002). Di
Indonesia, secara umum mahasiswa berusia sekitar umur 18- 21 tahun. Berdasatkan
usia tersebut, mahasiswa dapat dikategorikan sebagai remaja akhir.
a. Pengaruh Loneliness Terhadap Internet Addiction Pada Individu
Dewasa Awal Pengguna Internet
Individu
dalam tahapan dewasa awal dengan tugas perkembangan membentuk hubungan intim
dengan orang lain, maka kebutuhan akan intimasi merupakan unsure pokok dalam
kepuasan suatu hubungan. Menurut Erikson, keintiman merupakan salah satu krisis
dalam hidup, yaitu intimacy versus isolation, yang dikembangkan pada usia
dewasa awal. Apabila individu dewasa awal dapat membentuk persahabatan yang
sehat dan hubungan dekat yang intim dengan individu lain, maka intimasi akan
tercapai, namun jika individu tidak berhasil mengembangkan intimasinya, maka
individu tersebut akan mengalami isolasi dan merasakan loneliness.
Loneliness diartikan oleh Peplau & Perlman sebagai perasaan dirugikan dan
tidak terpuaskan yang dihasilkan dari kesenjangan antara hubungan social yang
diinginkan dan hubungan social yang dimiliki. Tiga elemen dari definisi
loneliness yaitu pengalaman subyektif, tidak adanya hubungan tertentu yang
diharapkan individu tersebut, dan individu yang mengalami loneliness
menunjukkan beberapa reaksi untuk menghadapi loneliness yang dialaminya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi loneliness adalah usia, status perkawinan, gender,
status social ekonomi, karakteristik latar belakang lainnya. Saat ini internet
dianggap sebagai salah satu cara untuk mengurangi loneliness. internet telah
memungkinkan dihubungkannya computer-komputer di belahan dunia tertentu dengan
computer-komputer lain di belahan dunia yang lain. Hal ini memungkinkan pula
dihubungkannya individu yang satu dengan yang lain dari berbagai belahan dunia.
Internet telah memberikan kesempatan yang lebih luas sehingga orang-orang dapat
saling berkenalan dan mengembangkan hubungan melalui layanan hubungan secara
online, email, chat room, dan news group. Penggunaan internet sebagai salah
satu cara untuk mengurangi loneliness. internet addiction oleh Young
diungkapkan sebagai sebuah sindrom yang ditandai dengan menghabiskan sejumlah
waktu yang sangat banyak dalam menggunakan internet dan tidak mampu mengontrol
penggunaannya saat online. Orang-orang yang menunjukkan sindrom ini akan merasa
cemas, depresi, atau hampa saat tidak online di internet.
Berdasarkan
pemaparan diatas, maka terdapat hubungan positif antara loneliness dan internet
addiction pada penggunaan internet. Peneliti ingin meneliti sejauh mana
pengaruh loneliness terhadap internet addiction pada individu dewasa awal
pengguna internet.
Variabel
bebas yaitu loneliness, dan variabel tergantung internet addiction. Subjek
penelitian adalah individu dewasa awal berusia 18 tahun ke atas, mengalami
loneliness, memiliki kecenderungan mengalami internet addiction, dan telah
menggunakan internet lebih dari 12 bulan. Metode pengumpulan data yang
digunakan adalah metode pengambilan data dengan skala atau disebut dengan
metode skala yang terdiri dari skala loneliness dan skala internet addiction.
Metode analisis data menggunakan tekhnik analisis linear dengan persamaan y = a
+ bX, dan pengolahan data dilakukan dengan menganalisa menggunakan bantuan
program SPSS for windows 15.0 version.
Masih
ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi internet addiction pada penggunaan
internet, Graham mengungkapkan bahwa internet addiction dipengaruhi oleh faktor
genetic, biologis, pengaruh keluarga, pengaruh budaya, dan pengaruh
social.
Terdapat
pengaruh positif loneliness terhadap internet addiction pada pengguna internet.
Artinya semakin tinggi loneliness yang dirasakan pengguna internet maka semakin
tinggi internet addiction yang dirasakan (dan sebaliknya). Sumbangan efektif
variabel loneliness terhadap variabel internet addiction adalah 12,8 % artinya
loneliness memberikan pengaruh sebesar 12,8 % terhadap internet addiction,
sedangkan 87,2 % disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini. berdasarkan data hipotetik, skor total variabel loneliness
dibagi atas tiga kategori yaitu : tinggi, sedang, dan rendah. Secara umum,
loneliness yang dialami oleh subjek penelitian tergolong sedang. Tidak ada
perbedaan loneliness pada pengguna internet ditinjau dari usia. Namun dengan
membandingkan mean data dari subjek penelitian ini diperoleh bahwa mean
loneliness tertinggi dialami oleh subjek yang berada pada rentang usia 34-38
tahun dan paling rendah pada rentang usia 29-33 tahun.
Tuapattinaja,
Josseta.M.R., Rahayu, Nina.(2009). Pengaruh loneliness terhadap internet
addiction.Pengaruh loneliness terhadap internet pada individu dewasa
awal pengguna internet.4(2).49-54.
b. Kesepian dan Kecenderungan Internet Addiction Disorder
terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Gunadarma
Abstrak:
Setiap
individu adalah berbeda dan tidak semuanya dapat menjalin hubungan social
dengan baik tanpa rintangan yang berarti. Kegagalan atau hambatan dalam
interaksi social yang memuaskan dapat mengakibatkan seseorang merasa terisolasi
dan kesepian serta dapat menimbulkan akibat-akibat yang tidak baik. Kesepian
merupakan kondisi yang tidak menyenangkan.
Adanya
perkembangan yang pesat dalam ilmu pengetahuan dan tekhnologi, yaitu adanya
internet, seseorang yang kesepian akan menghabiskan waktunya untuk menjelajahi
internet (surfing,browsing,dll). Mereka menghabiskan perasaan
kesepiannya tersebut dengan cara memasuki dunia on-line atau menjelajahi
cyberspace selama beeberapa jam.
Beranjak
dari penjabaran mulai dari awal sampai tersebut diatas dan sehubungan dengan
semakin banyaknya penguna dan penyedia jasa internet maka timbul minat dari
peneliti untuk meneliti : Apakah ada peranan kesepian dan kecenderungan
internet addiction disorder terhadap prestasi belajar mahasiswa? Apakah ada
hubungan antara kesepian dengan prestasi belajar mahasiswa? Apakah ada hubungan
antara kecenderungan internet addiction disorder dengan prestasi belajar
mahasiswa? Dan Apakah ada hubungan antara kesepian dengan kecenderungan
internet addiction disorder dengan prestasi belajar mahasiswa?
Tujuan Penelitian
:
Penelitian
ini bertujuan untuk menguji : Peranan kesepian dan kecenderungan internet
addiction disorder terhadap prestasi belajar mahasiswa, hubungan antara
kesepian dengan prestasi belajar mahasiswa, hubungan antara kecenderungan
internet addiction disorder dengan prestasi belajar mahasiswa, hubungan antara
kesepian dengan kecenderungan internet addiction disorder dengan prestasi
belajar mahasiswa.
Metodologi :
-
Variabel Bebas :
“Kesepian dan Kecenderungan Internet Addiction
Disorder”
-
Variabel Terikat : “Prestasi Belajar”
Subjek
Subjek
dalam penelitian ini adalah mahasiswa pria dan wanita dari Universitas
Gunadarma yang merupakan Universitas yang berbasis komputer, mahasiswa yang
mengerti dan telah menggunakan internet, sehingga pemilihan sample menggunakan
tekhnik purposive sampling dan data ini juga menggunakan kiusioner.
Tempat
Kampus
Universitas Gunadarma.
Tahapan Penelitian
Menggunakan
dua instrument penelitian yaitu skala kesepian memiliki 49 item valid, dengan
koefisien validitas berkisar 0,6261-0,9709 dan koefisien reliabilitas 0,9827.
Skala kecenderungan internet addiction disorder memiliki 42 item valid, dengan
koefisien validitas berkisar 0,3039-0,6414 dan koefisien reliabilitas 0,9323.
Selain itu digunakan pula kuisioner yang berisi 9 item untuk mengungkapkan pola
penggunaan internet.
Model Penelitian
Menggunakan
matematis yaitu dengan tekhnik statistik regresi dan teknik statistik korelasi
Hasil dan Kesimpulan
Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada peranan kesepian dan kecenderungan
internet addiction disorder yang signifikan terhadap prestasi belajar
mahasiswa, tidak ada hubungan yang signifikan antara kesepian dengan prestasi
belajar mahasiswa, tidak ada hubungan yang signifikan antara kecenderungan
internet addiction disorder dengan prestasi belajar mahasiswa, tidak ada
hubungan yang signifikan antara kesepian dengan kecenderungan internet
addiction disorder pada mahasiswa. Selain itu, hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa subjek penelitian memiliki tingkat kesepian dan kecenderungan
internet addiction disorder yang rendah.
Ada
beberapa kemungkinan yang melatarbelakangi ditolaknya hipotesis, yakni adanya
variable-variabel lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar mahasiswa,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal mahasiswa. Dan mahasiswa menggunakan
internet bukan hanya karena kesepian atau kecenderungan internet addiction
disorder, melainkan untuk mencari tugas, mencari lowongan pekerjaan, dan
memanfaatkan fasilitas internet lainnya.
Saran dan Usulan
lanjutan
Kesepian
dan Kecenderungan Internet Addiction Disorder merupakan suatu penyakit yang
jangan sampai kita memilikinya apalagi bisa mempengaruhi prestasi belajar kita.
Sebenarnya internet terdapat banyak hal yang positifnya, misalkan mencari
pekerjaan, mencari informasi, mengetahui berita atau info yang lagi update dll.
Sehingga saat kita merasa kesepian jangan menggunakan internet terlalu
berlebihan ataupun disalahgunakan pemakaiannya.
Usulan
lanjutan : Sebaiknya jangan menggunakan internet yang terlalu berlebihan dan
gunakanlah internet seperlunya saja dan jangan sampai disalahgunakan, supaya
prestasi belajar kita tidak merosot tajam.
Mukodim,
Didin., Ritandiyono., Ratnasita, Harumi.(2004). Kesepian dan
kecenderungan internet addiction disorder terhadap prestasi belajar mahasiswa
gunadarma. Kesepian dan Kecenderungan Internet Addiction Disorder terhadap
Prestasi Belajar Mahasiswa.
c. Differential Psychological Impact of Internet Exposure on
Internet Addicts
Abstrak:
Penelitian
yang meneliti tentang dampak yang terlihat secara segera dari internet yang
berkaitan dengan mood dan tingkatan psikologis dari internet addict dan
pengguna internet yang rendah tingkatanya.Internet addict berhubungan dengan
depresi yang lama, impulsive nonconformity, dan sikap autism.Penggunaan
internet yang tinggi menggambarkan adanya penurunan dalam mood diikuti dengan
pengguna internet dibandingkan pengguna internet yang rendah.Dampak yang akan
segera dilihat dari penggunaan internet pada internet addict mungkin
berkontibusi dalam menaikkan pemakaian dalam pemaikan dengan orang-orang yang
berusaha mengurangi mood mereka yang rendah dengan menghubungkan internet
secara cepat.
Metode:
Pernyataan Etik
Persetujuan
etik pada penelitian ini diperoleh Depertamen KomitePsychological etik, Swansea
etik. Partisipan menyediakan informasi yang di tuliskan yang mengarah pada
penelitian ini, dan Komite etik menyetujui prosedurnya.
Partisipan:
60
orang yang bersedia menjadi partisipan dalam pembelajaran psikologi di sekitar
kampus.
Materials:
Ø
Internet Addiction Test (IAT)
Ø
Positive and negative affect schedule (PANAS)
Ø
Speilberger Trait-State Anxiety Inventory
Ø
Beck’s Depression Inventory (BDI)
Ø
Oxford Liverpool Inventory of Feelings and Experiences-Brief Version (O-Life
(B))
Ø
Autistic Spectrum Question Questionnaire (AQ)
Prosedur:
Partisipan
berada pada ruangan yang tenang, duduk, lalu diminta untuk mengisi baterai
psikologi test. Setelah mengisi test-test nya psikologi, partisipan di
perbolehkan mengakses internet melalui computer selama 15 menit.Halaman website
sengaja tidak terekam dalam computer, hal ini sudah dikatakan secara explicit
kepada partisipan.Prosedur ini di adopsi untuk menyemangati mereka mengunjungi
site manapun yang mereka inginkan, terlepas dari situs yang berubungan
sepantasnya. Setelah 15 menit mereka diminta untuk mengisi PANAS dan STAI
kuessioner.
Hasilnya:
Korelasi Spearman mengungkapkan korelasi
yang kuat antara internet addict (BDI) dan depresi, schizotypal impulsive
nonconformity (OLIFE IN), dan juga sikap Autism (AQ). Dan ada juga hubungan
yang melemahkan antara internet addict dan kecemasan yang lama (STAI-T) dan
mood negative (PANAS).
Sample terbagi dalam rata-rata nilai IAT
untuk menghasilkan kelompok problematic pengguna internet yang low dan high.
Rata-rata untuk IAT adalah 41.Menghasilkan kelompok lower problematic (n
= 28, mean = 29.5+7.9; 13 laki-laki, 15 perempuan), dan kelompok high
problematik(n = 32, mean 50.3+7.2; 18laki-laki, 18 perempuan).Ada
kecemasan setelah pemaparan internet dari kelompok lower problematic dibandingkan
kelompok high problematic, Mann Whitney U=318,5, p<05 001.=""
001="" 05="" 20="" ada=""
berubah="" dampak="" dari="" dasar=""
dibandingkan="" high="" internet=""
kecemasan="" kedua="" kelompok.=""
kelompok="" kuat="" lower=""
memperlihatkan="" menggunakan="" menunjukan=""
mood="" negative="" p="" pemaparan=""
perilaku="" positive="" problematic.=""
problematic="" problematicmenunjukan="" ps=""
relative="" sebelum="" semua=""
signifikan="" tetap="" tetapi=""
tidak="" turunnya="" u="234," untuk=""
wilxocon="" yang="" z="3,31,"> 10.
Diskusi:
Penelitian
yang baru ini betujuan untuk meneliti perbedaan yang berpotensial dari dampak
internet yang dipaparkan dari “internet addict” di bandingkan dengan penggunaan
kelompok problamtic. Hasilnya menunjukan dampak negative yang mengejutkan dari
mood positive dari internet addict.Dampaknya sudah terdapat pada model teorikal
internet addict dan pencarian sejenis juga sudah mencatat persyaratan efek
negative dalam penjelasan intterent addict pornografi dalam sex internet, yang
memungkinkan adanya kesamaan pada addiction ini. Penting juga untuk menyarankan
dampak mood yang negative dipertimbangkan sebagai efek penarikan awal,
disarankan untuk kebutuhan klasifikasi addiction.Pemakaian internet yang
berlebihan bisa terlepas dari pertahanan dan pengisian diri, berhubungan dengan
prilaku mood yang rendah. Kurangnya dampak dari kecemasan terlihat dalam
masalah penggunaan internet dalam penjelasan internet juga mengobervasi masalah
antara internet addict dan bentuk lain dari masalah perilaku. Hubungan antara
internet addict, depresi, dan schizotypal impulsive nonconformity sudah
diketahui. Bagaimanapun internet addict berhubungan kuat dengan sikap autism
dan tidak dipungkiri mungkin sama dengan hubungan sebelumnya antara isolasi
social dan internet addiction.
Harusnya
ada beberapa keterbatasan yang disebutkan dalam penelitian ini. Dalam
experiment ini partisipan hanya diberikan waktu 15 menit untuk menjelajah
internet, dan dampak dari mood ini telah dinilai. Walaupun rentang waktu yang
diberikan sudah cukup untuk menghasilkan dampak dari mood yang dihitung dengan
skala terbaru, tiidak diketahui berapa lama waktu yang diperlukan atau hanya
dinamuka sementara dari perubahan mood dan kecemasan selama penjelasan internet
diketahui baru-baru saja. Ditambah lagi, konten dari situs yang dikunjungi
partisipan tidak termonitor di experiment ini. Tidak jelas apa situs apa yang
partisipan kunjungi, tentu saja ini tidak bisa disimpulkan situs ini merupakan
situs yang biasanya mereka gunakan. Jelas,jika situs ini termasuk situs
pornografi dan judi maka tidak terlihat situs ini akan dikunjungi pada konteks
yang mereka lakukan baru-baru saja. Bagaimanapun, keterbatasan yang ada, tetap
tidak diketahui apakah dampak dari mood diperoleh dari konteks ini akan serupa
dengan konteks lain yang diobservasi.
Diambil
bersamaan dari penelitian sebelumnya, hasil ini membantu kita membentuk
gambaran distal dan proximal penyebab dari penggunaan internet yang berlebihan.
Mereka dengan depresi dan kecemasan yang lama berhubungan dengan isolasi
social. Bagaimanapun individu yang mempunyai pengalaman dampak negative dalam
mood yang positive dalam penjelasan internet mungkin nantinya dipicu untuk
keluar dari penggunaan internet yang berlebihan menyarankan mekanisme yang
mungkin mempertahankan penggunaan internet addict.
Romano
M, Osborne LA, Truzoli R, Reed P (2013) Differential Psychological Impact of
Internet Exposure on Internet Addicts. PLoS ONE 8(2): e55162.
doi:10.1371/journal.pone.0055162