Minggu, 29 Maret 2015

#PsikologiKesehatanMental Sejarah Kesehatan mental, Konsep Sehat, Perbedaan Kesehatan Mental Barat dan Timur

SEJARAH KESEHATAN MENTAL



(Tahun 1600 dan sebelumnya)
Dukun asli Amerika (Indian), sering juga disebut sebagai “penyembuh” (healer,shaman)orang yang mengalami gangguan mental dengan cara memanggil kekuatan supranatural dan mejalani ritual penebusan dan penyucian.
Pandangan masyarakat saat itu menganggap bahwa orang yang mengalami gangguan mental adalah karena dimasuki oleh roh-roh yang ada di sekitar. Mereka dianggap melakukan kesalahan kepada roh-roh atau menjadi medium dari roh-roh untuk menyatakan keinginannya. Oleh karena itu, mereka sering kali tidak dianggap sakit, sehingga mereka tidak disingkirkan dan dibuang seta masih mendapatkan tempat dalam masyarakat.
·           Tahun 1692
Mendapatkan pengaruh para imigran dari Eropa yang beragama Nasrani, di Amerika orang yang bergangguan mental saat itu sering dianggap terkena sihir/guna-guna atau dirasuki setan. Ini merupakan penjelasan yang diterima secara umum sehingga masyarakat takut dan membenci mereka yang dianggap memiliki kekuatan sihir. Bahkan pengadilan pernah memvonis 19 orang untuk digantung karena dianggap memiliki sihir. Padahal mereka yang dianggap memiliki kekuatan sihir kemungkinan besar mengalami gangguan mental sehingga hidup mereka tampak aneh dan berbeda bagi kebanyakan orang.
Sejarah kesehatan mental di Eropa, khususnya Inggris, agak sedikit berbeda, sebelum abad ke-17, orang gila disamakan dengan penjahat/kriminal, sehingga mereka dimasukkan ke dalam penjara.
John Locke (1690) dalam tulisannya yan berjudul An Essay Concerning Understanding, menyatakan bahwa terdapat derajad kegilaan dalam diri setiap orang yang disebabkan oleh emosi yang memaksa orang untuk memunculkan ide-ide salah dan tidak masuk akal secara terus-menerus. Kegilaan adalah ketidakmampuan akal untuk mengeluarkan gagasan yang berhubungan dengan pengalaman secara tpat. Pandangan John Locke ini bertahan di Eropa sampai abad ke-18.

·          Tahun 1724
Pendeta Cotton Mather (1663-1728) mematahkan tahkhayul yang hidup di masyarakat berkaitan dengan sakit jiwa dengan memajukan penjelasan secara fisik mengenai sakit jiwa itu sendiri. Pada saat ini benih-benih pendekatan secara medis mulai dikenalkan, yaitu dengan memberikan penjelasan masalah kejiwaan sebagai akibat gangguan yang terjadi di tubuh.
Pada abad ke-17 dan 18 individu yang menderita penyakit mental berada dalam penderitaan yang besar di tangan masyarakat Amerika. Mereka dilihat sebagai seorang yang dirasuki setan atau dicirikan sebagai dikuasai sifat-sifat kebinatangan sehingga mereka menjadi subjek penanganan yang menyedihkan. Penyiksaan fisik maupun mental merupakan hal yang umum dan penggunaan pembatas fisik yang meluas seperti jacket yang ketat dengan tangan yang berat dan kaki yang dirantai-mengeluarkan pasien dari martabat dan kebebasannya. Para pendiri  pada abad ke 19, seperti Phillip Pinel di Perancis dan Dorothea Dix, membuat lompatan besar dengan mempromosikan penanganan manusiawi bagi penderita penyakit mental, tetapi kondisinya masih jauh dari ideal. Phillipe Pinel ditunjuk sebagai dokter yang mengawasi Rumah sakit Bicetre, Paris (rumah sakit jiwa untuk pria) pada tahun 1793. Dia memutuskan uuntuk tidak meranntai pasien gila. Dia kemudian ditempatkan di Salpetriere (rumah sakit jiwa untuk wanita) pada tahun 1795.

·          Tahun 1812
Benjamin Rush (1745-1813) menjadi salah satu pengacara mula-mula yang menangani masalah penanganan secara manusiawi untuk penyakit mental dengan publikasinya yang berjudul Medical Inquiries and Observations Upon Diseases of the Mind.  Ini merupakan buku tesk psikiatri Amerika pertama.
Antara tahun 1830-1860 di Inggris timbul optimisme dalam menangani pasien sakit jiwa (Therapeutic Optimism).  Hal ini disebabkan berkembangkannya teori dan teknik dalam menangani orang sakit jiwa di rumah sakit jiwa. Pada masa ini tumbuh kepercayaan bahwa penanganan di rumah sakit jiwa merupakan hal yang benar dan cara ilmiah untuk menyembuhkan kegilaan. Pada tahun 1842 psikiater mulai masuk dan mendapatkan peranan penting di rumah sakit, menggantikan ahli hukum yang selama ini ternyata membuahkan kegagalan, maka tidak lama kemudian muncul masa terapi psimisme (therapeutic pesimism) . ini teruma dipengaruhi oleh sosialisme. Darwin menyatakan bahwa gangguan mental adalah perkembangan evolusi sehingga merupakan bawaan dan tidak mungkin diubah lagi.
·           Tahun 1843
Kurang lebih terdapat 24 rumah sakit, tapi hanya ada 2.561 tempat tidur yang tersedia untuk menangani penyakit mental di Amerika Serikat.
·          Tahun 1908
Clifford Beers (1876-1943) menderita manis depresif pada tahun 1900. Dia merupakan lulusan Yale dan seorang bisnisman, yang kemudian mengalami gangguan setelah mengalami sakit dan saudara laki-lakinya meninggal. Setelah mencoba bunuh diri, Dia di masukkan ke rumah sakit mental swasta di Connecticut. Dia menjadi subjek penanganan yang tidak  manusiawi dan mengalami penyiksaan fisik dan mental di bawah kekuasaan orang  yang tidak terlatih dan tidak kompoten di rumah sakit.     Beers kemudian menghabiskan beberapa tahun di berbaggai negeri Middletown, Connecticut. Penanganan tidak manusiawi yang diterimanya di institusi ini mencetuskan keberanian untuk memperbaharui perawatan bagi individu yang menderita penyakit mental di Amerika Serikat. Pada tahun 1908 dia menulis buku yang berjudul A Mind That Found Itself, merupakan laporan pengalamannya sendiri sebagai pasien sakit mental dan secara jelas menggambarkan kekejaman lembaga perawatan. Buku tersebut memberikan akibat yang segera, menyebarakan visinya mengenai gerakan kesehatan mental. Beers kemudian mendirikan Masyarakat Connecticut untuk Mental Higiene yang kemudian pada tahun berikutnya berubah menjadi Komite Nasional untuk Mental Higience (the National for Mental Hygience). Yang merupakan pendahulu Asosiasi Kesehatan Mental Nasional sekarang ini.
Tujuan Asosiasi ini adalah untuk:
-          Memperbaiki sikap masyarakat terhadap penyakit mmental dan penderita dan penderita sakit mental.
-          Memperbaiki pelayanan terhadap penderita sakit mental
-          Bekerja untuk pencegahan penyakit mental dan mempromosikan kesehatan mental.
·          Tahun 1909
Sigmund Freud mengunjungi Amerika dan mengajar psikoanalisa di Universitas Clarck di Worcester, Massachusetts.
·         Tahun 1910
Emil Kraeplin pertama kali menggambarkan penyakit Alzheimer. Dia juga mengembangkan alat tes yang dapat digunakan untuk medeteksi adanya gangguan epilepsi.
·         Tahun 1918
Asosiasi Psikoanalisa Amerika membuat aturan bahwa hanya orang yang telah lulus dari sekolah kedokteran dan mejalankan praktek psikiatri yang dapat menjadi calon  untuk pelatihan psikoanalisa.
·         Tahun 1920-an
Komite Naional untuk Mental Higiene menghasilkan satu set model undang-undang komitmen yang dimasukkan ke dalam aturan pada beberapa negara bagian. Komite juga mmembantu penelitian-peenelitian yang berpengaruh pada kesehatan mental, penyakit mental, dan treatmen yang membawa perubahan nyata pada sistem perawatan kesehatan mental.
Harry Stack Sullivan yang mengawasi pasien Scizhofrenia di Rumah Sakit Sheppard-Pratt Hospital menunjukkan pengaruh lingkungan terapeutik ketika para paien dapat dikembalikan ke masyarakat.
Pada tahun 1920-1930 di Eropa terjadi perubahan treatmen dalam menangani gangguan mental. Perubahan ini berkat pengaruh teori Freud yang pada masa itu menjadi terkenal. Perubahan treatmen tersebut meliputi :
-          Treatmen di dalam rumah sakit kurang diminati, diganti treatmen yang dilakukan di luar rumah sakit.
-          Treatmen di lakukan tidak memerlukan sertifikasi
-          Treatmen dilakukan dirumah sakit.
·         Tahun 1930-an
Psikiater lebih menginjeksikan insulin yang menyebabakan shock dan koma sementara sebagai suatu treatmen untuk penderita schizofrenia.
·         Tahun 1936
Agas Moniz mempublikasikan suatu laporan mengenai lobotomi frontal manusia yang pertama. Akibatnya antara tahun 1936 sampai pertengahan 1950-an, diperkirakan 20.000 prosedur pembedahan ini digunakan terhadap pasien mental Amerika.
·          Tahun 1940-an
Elektropika, yaitu terapi dengan cara menngaplikasikan listrik ke otak. Pertama kali digunakan di rumah sakit Amerika untuk menangani penyakit mental. Pada tahun 1940-an-1950 dimulainya perawatan masyarakat bagi penderita gangguan mental Inggris.
·          Tahun 1947-an
Fountain House di New York City memulai rehabilitasi psikiatrik untuk orang-orang yang mengalami sakit mental.
·         Tahun 1950
Dibentuk National Association of Mental Health (NAMH) yang merupakan merger dari tiga organisasi, yaitu National Commite for Mental Hygiene, National Mental Health Foundatio, dan Psychiatric Foundation. Lembaga baru ini melanjutkan misi Beers dengan lebih jelas. Melalui program televisi, distribusi literatur dan media lainnya. NAMH melanjutkan mendidik publik Amerika pada isu-isu kesehatan mental-mental dan mempromosikan kesadaran akan kesehatan mental.
·          Tahun 1952
Obat antiseptik konvensional pertama, yaitu chlorpromazine, diperkenalkan untuk menangani pasien schizoprenia dan gangguan mental utama lainnya.
·         Tahun 1960-an
Obat-obat antisptik konvensional, seperti haloperidol, digunakan pertama kali untuk mengontrol simtom-simtom yang positif (nyata) pada penderita psikosis, yang memberikan ukuran yang nyata dan penting karena membuat pasien tenang. Hal ini memberikan ukuran yang nyata dan penting karena membuat pasien tenang. Hal ini kemudian menjadi keharusan untuk digunakan pada permulaan  bagia pasien yang gaduh dan kacau. Lithium kemudian diketemukan dan menjadi obat yang merevolusi treatmen bagi penderita manis depresif.

Media Inggris mulai mengungkapkan kesehatan mental dengan menampilkan orang-orang yang pernah mengalami sakit mental untuk menceritakan pengalamn mereka. Pada masa ini segala hal yang tabu berkaitan dengan mental mulai dibuka dan dibicarakan secara umum.


KONSEP SEHAT 

Sehat (health) adalah konsep yang tidak mudah diartikan sekalipun dapat kita rasakan dan diamati keadaannya. Misalnya, orang tidak memiliki keluhankeluahan fisik dipandang sebagai orang yang sehat. Sebagian masyarakat juga beranggapan bahwa orang yang “gemuk” adalah otrang yang sehat, dan sebagainya. Jadi faktor subyektifitas dan kultural juga mempengaruhi pemahaman dan pengertian orang terhadap konsep sehat. 
Sebagai satu acuan untuk memahami konsep “sehat”, World Health Organization (WHO) merumuskan dalam cakupan yang sangat luas, yaitu “keadaan yang sempurnan baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”. Dalam definisi ini, sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit atau cacat. Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu dikatakan sehat. Dia semestinya dalam keadaan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial.

Pengertian sehat yang dikemukan oleh WHO ini merupakan suatau keadaan ideal, dari sisi biologis, psiologis, dan sosial. Kalau demikian adanya, apakah ada seseorang yang berada dalam kondisi sempurna secara biopsikososial? Untuk mendpat orang yang berada dalam kondisi kesehatan yang sempurna itu sulit sekali, namun yang mendekati pada kondisi ideal tersebut ada. 
Dalam kaitan dengan konsepsi WHO tersebut, maka dalam perkembangan kepribadian seseorang itu mempunyai 4 dimensi holistik, yaitu agama, organobiologik, psiko-edukatif dan sosial budaya

Ciri-ciri tingkah laku sehat

l  Warga (1983)

Ciri-ciri individu sehat/normal adalah:

1.                  Bertingkahlaku menurut norma2 sosial yang diakui.
2.                  Mampu mengelola emosi.
3.                  Mampu m’aktualkan potensi-potensi yang dimiliki.
4.                  Dapat mengikuti kebiasaan-kebiasaan sosial.
5.                  Dapat mengenali resiko dari setiap perbuatan dan kemampuan tersebut digunakan untuk                   menuntun tingkah lakunya.
6.                  Mampu menunda keinginan sesaat untuk mencapai tujuan jangka panjang.
7.                  Mampu belajar dari pengalaman.
8.                  Biasanya gembira.





PERBEDAAN KESEHATAN MENTAL BARAT DAN TIMUR


Budaya Barat dan Timur ternyata memiliki perbedaan yang mendasar mengenai konsep sehat-sakit. Perbedaan ini kemudian memengaruhi sistem pengobatan di kedua kebudayaan. Akibatnya, pandangan mengenai kesehatan mental juga berbeda. Namun dengan kemajuan teknologi dan komunikasi yang membuat relasi antar manusia semakin mengglobal, pertemuan antara kedua budaya ini tidak lagi dapat dihindari sehingga sekarang ini ditemui berbagai cara penanganan kesehatan yang mencoba mengintegrasikan sistem pengobatan antara kedua kebudayaan.  (Siswanto. 2007. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Penerbit ANDI. 13-14)

Konsep kesehatan mental berhubungan erat dengan efisiensi menta, dan kadang-kadang kedua konsep tersebut disamakan. Sudah pasti kesehatan dalam bentuk apa pun merupakan dasar untuk efisiensi, dan Jones melihat efisiensi sebagai salah satu di antara ketiha segi kesehatan mental dan normalitas (kedua segi yang lain adalah kebahagiaan dan adaptasi terhadap kenyataan). Tetapi konsep efisiensi mempunyai arti sendiri, yakni pengunaan kapasitas-kapasitas untuk mencapai hasil sebaik mungkin dalam keadaan yang ada pada waktu itu. (Semiun, Yustinus OFM. 2006. Kesehatan Mental 1. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 48-49)
Ada hubungan yang jelas antara konsep penyesuaian diri dan kesehatan mental, tetapi hubungan tersebut tidak mudah ditetapkan. Pasti kesehatan mental merupakan kondisi yang sangat dibutuhkan untuk penyesuaian diri yang baik, dan demikian pula sebaliknya. Apabila seseorang bermental sehat, maka sedikit kemungkinan ia akan mengalami ketidakmampuan menyesuaikan diri yang berat. Kita dapt berkata bahwa kesehatan mental adalah kunci untuk penyesuaian diri yang sehat (Scott, 1961)

Sejaran kesehatan mencatat ternyata konsep sehat tidak jelas, lebih banyak ditemui konsep tentang sakit. Ini membuat pemahaman tentang sehat dan kesehatan juga mengalami kekacauan. Batasan tentang kesehatan yang tidak jelas mengakibatkan manusia tidak memiliki pegangan yang baku untuk mencapai derajat kesehatan yang harus dicapai.

Ada perbedaan antara model kesehatan Barat dengan model kesehatan Timur. Barat memandang kesehatan bersifat dualistik melihat tubuh manusia sebagai mesin dan dipengaruhi oleh dominasi media. Sementara Timur lebih bersifat hilistik, melihat kesehatan secara menyeluruh, saling mengait sehingga memengaruhi cara-cara penanganan terhadap penyakit.

Meskipun konsep sehat mental tidak lah jelas dan masik mengalami perkembangan, tapi ada beberapa ciri tingkah laku sehat menjadi ciri standar untuk menunjukkan sehat tidaknya individu melalui berbagai pendekatan dalam Kesehatan Mental. (Siswanto. 2007. Kesehatan Mental 1.Yogyakarta: Penerbit ANDI. 31)